Tarbawi edisi kapan tau pernah menggambarkan betapa mudahnya manusia marah karena urusan sepele. Apalagi di kota-kota besar yang hiruk pikuk penuh tekanan setiap hari. Contohnya, saat anda ke kantor pada pagi (buta) hari. Yang naik angkot, akan menyaksikan betapa mudah caci sejenis sompr*tt dkk keluar dari mulut si abang angkot yang disalip seenaknya oleh sebuah motor yg pengendaranya sedang terburu. Minimal tuh abang melotot deh.. Atau untuk yang menggunakan kendaraan pribadi, harus diuji kesabarannya menghadapi kemacetan dan ulah angkutan umum yang seenaknya ngetem atau naik-turunin penumpang. Belum lagi kalo ketemu bis gede biru-oranye yang kalo mau nyalip kanan kiri hanya Allah dan supirnyalah yang tau arahnya.
Itu baru di jalan raya. Tapi kayaknya cukup deh sebagai pengantar.
Menurut saya ada dua jenis marah. Marah yang membangun dan marah yang tidak membangun.
Terima kasih atas keterbukaan dan obrolan kita, saya jadi dapet inspirasi buat nulis lagi..
Selalu ada hikmah di balik setiap kejadian, semoga kita termasuk orang yang beruntung; dapat menangkap setiap hikmah tersebut.
No comments:
Post a Comment