Friday 11 February 2011

Ini Indonesiaku

Ini Indonesiaku

By Pink Panther (Kelompok Prajab: Me and Budi, Wili, Adri, Intan, Oliv, and Bu dokter gigi)

 

Ini Indonesiaku

Indah beraneka warnanya

Baragam dan eksotik flora faunanya

Semarak bermacam suaranya

 

Warnaku biru

Sebiru langit indonesiaku

Biru sejernih mata air

Tak kau dengarkah riaknya saat mengalir?

Riang bergemericik tanpa akhir

Di sini di indonesiaku

 

Warnaku kuning

Seperti bunga ilalang yang kuning

Kupetik dan kusisipkan di telinga gadis bening

Tak kau dengarkah suara angin yang menerpa rambutnya dalam hening?

Mendayu padu sempurna dengan senyum si gadis bening

Di sini di Indonesiaku

 

Hijau warnaku

Sehijau daun sayur-sayuran

Menghijau terhampar di pegunungan

Tak kau dengarkah suara petani mengucap permisi?

Ujarnya,”aku hendak memanen sayur pagi ini!”

Di sini di Indonesiaku

 

Warnaku merah

Semerah tanah gembur

[adanya tumbuh tanaman dengan subur

Tak kau dengarkan kicau burung yang menghibur?

Mengundang riang dan rasa syukur

Di sini di Indonesiaku

 

Warnaku putih

Seputih kawanan awan yang putih

Membawa berkah hujan yang jernih

Tak kau dengarkan rintiknya yang lirih?

Membisikkan kabar gembira bagi tanah yang memulih

Di sini di Indonesiaku

 

Aku adalah jingga

Elok menemani waktu senja

Menggelayut memias matahari menjelang akhir kala

Tak kau dengarkah suara kanak-kanak jenaka?

Bermain dengan riang dan gembira

Di sini di Indonesiaku

 

Indonesiaku tak sekedar tujuh warna

Tak terwakili oleh tujuh benda

Apalagi sekedar tujuh suara

Indonesiaku terlalu, luar biasa.

Ujian Standar Demokrasi Dunia (Barat)

BAru saja Hosni Mubarak dinyatakan mundur (pernyataan itu disampaikan oleh Omar Suleiman). Rakyat Mesir meledak dalam kegembiraan, terlepas dari belenggu otoritarianisme selama kurang lebih tiga puluh tahun. 

Post-Mubarak adalah ujian sesungguhnya. Tatanan baru pasca revolusi sangat bergantung pada apa yang terjadi setelah ini. Mengingat betapa pentingnya Mesir dalam peta perdamaian dunia, berada persis di jantung sumber konflik utama di dunia, ISrael-Palestina!

Persis karena pentingnya kedudukan Mesir, maka post-Mubarak adalah ujian standar demokrasi dunia sesungguhnya. 

Sudah cukup lama kita melihat standar ganda demokrasi BArat, Amerika Serikat dan sekutunya.Tiga puluh tahun kepemimpinan Mubarak yang ditopang oleh dukungan AS sudah lebih dari cukup untuk melihat fenomena standar ganda itu.

Ada kecurigaan perubahan dukungan AS, dan BArat kepada suara rakyat yang menginginkan Mubarak mundur tak lebih karena mereka sudah menyiapkan dengan masak calon antek baru, rezim baru yang demokratis sekaligus tunduk pada kehendak barat.

Kecurigaan ini besar kemungkinan benar, karena sejauh ini kita tidak melihat perubahan cara pandang Barat terhadap kekuatan oposisi Mesir di mana salah satu yang besar adalah Ikhwanul Muslimin. IM, dalam kacamata pemerintah BArat, adalah ekstrimis radikal yang membahayakan bagi kepentingan Barat, terutama bagi eksistensi Israel.

Kita lihat saja... apakah para pemuja demokrasi itu rela jika demokrasi sesungguhnya berlaku di MEsir. 

Ralat, tak pantas jika kita melihat saja ... kita sebagai bangsa, sebagai negara, Indonesia harus mengambil peran sebagai guardian bagi ekspresi demokrasi rakyat Mesir. Kita punya tanggung jawab untuk menjaga kemurnian demokrasi rakyat Mesir, memastikan hak mereka untuk menentukan nasibnya sendiri tidak ditunggangi kepentingan asing. Sudah terlalu lama rakyat Mesir tak bisa menentukan ekspresi mereka sendiri, jangan biarkan kebebasaan ini hanya sesaat  untuk kemudian terbungkam oleh kekang baru...


Wednesday 9 February 2011

Transisi Mesir, Peluang Kepemimpinan Diplomasi Indonesia

Transisi Mesir, Peluang Kepemimpinan Diplomasi Indonesia

Oleh Umar Badarsyah,S.H.

Peserta Sekolah Kedinasan Luar Negeri Angkatan 36

Kementerian Luar Negeri

Tulisan ini mewakili opini pribadi dan tidak terkait dengan kebijakan diplomasi Indonesia

 

Mesir kini berada di ambang transisi demokrasi. Berkaca pada pengalaman Indonesia di tahun 1998, upaya mempertahankan kekuasaan dari suara rakyat, terlebih dengan pendekatan represif hanya akan melahirkan lingkaran kekerasan yang menjurus pada pelanggaran HAM, dan dalam jangka panjang justru akan membawa kemunduran bagi Mesir sebagai sebuah bangsa.

Apalagi kini suara mengenai pentingnya transisi demokrasi tidak saja datang dari dalam negeri tetapi juga dunia internasional. Presiden Barack Obama menyerukan transisi demokrasi yang tertib di Mesir dan permintaan kepada Mubarak untuk mundur. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Perdana Menteri Inggris David Cameron, ia menyatakan sikap negaranya jelas, yaitu berada di belakang masyarakat yang menginginkan kebebasan, demokrasi dan pemenuhan hak-hak asasi warga negara.  Sekjen PBB Ban Kii Moon, dalam kunjungan resmi ke Jerman awal Februari ini, dengan tegas mendesak otoritas mesir untuk mendengar suara rakyat dan segera memulai perubahan.

Langkah paling bijak bagi Husni Mubarak adalah mengembalikan kedaulatan dan menyerahkan proses transisi demokrasi kepada rakyat Mesir. Jika langkah ini yang diambil, maka pengawasan dunia internasional terhadap proses demokratisasi yang akan berlangsung penting untuk dilakukan. Pengawasan penting  demi memastikan proses itu berjalan dengan jujur, adil, dan damai.

Pada poin inilah Indonesia memiliki peluang untuk mengambil peran kepemimpinan diplomasinya.

Ada  tiga alasan mengapa Indonesia bisa mengambil peran tersebut. Pertama, keberhasilan transformasi demokrasi Indonesia pada Reformasi 1998. Kedua , hubungan persahabatan Mesir-Indonesia yang sangat erat. Ketiga, Antipati terhadap intervensi barat terutama Amerika Serikat dan Israel.

Reformasi 1998

Indonesia dinilai sukses melakukan proses transformasi dari negara dalam kendali otoritarianisme menjadi negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.

Kesuksesan pertama Indonesia ada pada penyelenggaraan Pemilihan Umum 1999 yang demokratis, dengan partisipasi politik tinggi, jumlah pemilih signifikan dan penyelenggaraan yang aman.  Meski menyisakan sejumlah permasalahan, tetapi secara prinsip, Pemilu 1999 dinilai sebagai fondasi keberhasilan transformasi Indonesia.  Pemilu 1999 mendapat apresiasi lembaga pengawas internasional seperti International IDEA dan The Carter Institute.

Langkah signifikan selanjutnya adalah penguatan demokrasi melalui empat kali amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Proses amandemen meletakkan dasar penguatan perlindungan dan institusionalisasi HAM, restrukturisasi ketetanegaraan dan tata pemerintahan, dan desentralisasi pemerintahan atau otonomi daerah.

Pengalaman ini bisa menjadi model pembelajaran berharga  bagi Mesir. Mesir dapat mengambil manfaat tidak hanya dari keberhasilan tetapi juga kesalahan yang kita lalui.

Persahabatan Indonesia Mesir

Indonesia dan Mesir memiliki persahabatan yang erat layaknya saudara kandung. Mesir memiliki peran penting dalam kelahiran Indonesia. Rakyat Mesir terlibat aktif dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga pada puncaknya menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pada 10 Juni 1947 Mesir dan Indonesia menandatangani perjanjian hubungan diplomatik kedua negara, Menteri Muda Luar Negeri H Agus Salim, dan Perdana Menteri Mahmud Fahmi Nokrasyi merupakan tokoh yang menandatangani perjanjian itu.

Persahabatan kedua negara dikuatkan dengan persahabatan kedua pemimpin negara, yakni Soekarno dan Jamal Abul Naser. Keduanya merupakan sahabat karib yang saling berkerja sama dalam mengusung gerakan antikolonialisme . Bung Karno dan Naser merupakan tokoh sentral yang membidani Konferensi Asia Afrika dan kemudian Gerakan Non-Blok.

Hingga kini persahabatan itu diperkuat dengan kerja sama ekonomi dan sosial budaya khususnya pendidikan. Terdapat banyak pelajar/mahasiswa Indonesia yang mengenyam pendidikan di Mesir terutama di Al-Azhar, hingga kini tercatat 6.149 WNI  di mana 4.297 di antaranya pelajar dan mahasiswa. 

Sentimen Terhadap Barat

Rakyat Mesir sadar nilai strategis negaranya bagi geopolitik dunia, terutama posisinya dalam upaya penyelesaian sengketa damai Israel-Palestina.

Salah satu ekspresi yang kemudian mengemuka di kalangan demonstran adalah sentimen kepada Husni Mubarak, yang dituding sebagai antek Barat, Amerika Serikat dan Israel. Masyarakat Mesir yang memiliki ikatan emosional erat dengan saudaranya di Palestina sudah terlampau lama dikecewakan dengan kebijakan pemerintahnya yang dianggap Pro-Israel. Mereka juga menyadari besarnya dukungan AS-IsRael selama ini terhadap rezim Mubarak.

Meski di satu sisi menyadari pentingnya peranan AS dalam memberikan tekanan terhadap Mubarak untuk mundur, masyarakat Mesir juga tidak ingin proses demokratisasi yang akan mereka jalani dikooptasi oleh kepentingan AS-Israel. Mereka juga melihat negara-negara Barat selama ini Pro-Israel dan Pro-rezim. Oleh karena itu, peran pengawasan terhadap proses demokratisasi di Mesir akan sulit dan berpotensi menghambat jika dimainkan oleh negara-negara Barat.

Indonesia sesama negara mayoritas Muslim yang besar dan sahabat Mesir akan lebih mudah memainkan peranan itu. Terlebih Indonesia dikenal mampu mengkontekstualisasikan nilai-nilai demokrasi yang sejalan dengan nilai-nilai Islam yang hidup dalam masyarakatnya

Pengalaman dan pendekatan Indonesia dalam mempromosikan demokrasi melalui Bali Democracy Forum membuktikan hal ini. Dalam Bali Democracy Forum Indonesia tidak sama sekali mencoba mengajari bagaimana berdemokrasi tetapi saling bertukar pikiran bagaimana demokrasi bisa berjalan di negara kita masing-masing. Demokrasi tidak hanya sesuatu yang terjadi dengan Barat dan konsep Barat, tetapi ia bisa dilakukan dalam konteks masing-masing, sebagaimana pengalaman Indonesia.

Sudah Memulai

Berbekal tiga hal di atas, yakni keberhasilan demokratisasi, persahabatan Indonesia Mesir, dan melihat peluang sentimen terhadap Barat, Indonesia berpotensi memainkan peran kepemimpinan diplomasinya dalam  mengawal proses transformasi demokrasi di Mesir

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono nampaknya sadar betul akan potensi strategis Indonesia itu. Melalui utusan khusus Presiden yang juga mantan Menteri Luar Negeri dan mantan Duta Besar Indonesia di Mesir Hassan Wirajuda, Presiden menyampaikan  Surat yang berisi keinginan Indonesia untuk berbagi pengalaman Indonesia pada transisi demokrasi 12 tahun lalu.

Jika tawaran itu disambut oleh Mubarak, maka Indonesia bisa berperan besar dalam demokratisasi di Mesir, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi proses perdamaian kawasan. 

Wednesday 2 February 2011

Berjarak tapi Dekat Dengan Revolusi

Takdir yang Allah tentukan memang unik, kadang aneh, kadang lucu...tapi apapun itu hukumnya selalu: apa yang baik bagi Allah pasti baik buat kita.

Aku ditakdirkan jauh dengan dua revolusi, jauh secara geografis tapi dekat di hati.

Saat reformasi 1998 lahir di Indonesia, aku masih bercelana biru di Cairo sana, tapi dekat dengan revolusi, karena ayah dan teman-teman mahasiswa ikut kontribusi melakukan gerakan solidaritas reformasi di sana, di Cairo, di waktu mantan Presiden Soeharto sedang berkunjung mengikuti KTT. Beliau pulang lebih cepat karena situasi bergerak cepat, tak sampai 48 jam kemudian beliau mengumumkan pidato pengunduran dirinya. 

Kini berlaku sebaliknya, saat revolusi pecah di Mesir, lagi-lagi aku jauh secara geografis, tapi dekat di hati. Jauh jarakku memang, tapi Mesir selalu di hati, kini bahkan tak lagi soal jatuh hati irrasionalku pada negeri itu, tapi juga karena gerbong kebaikan yang aku ikuti, dan statusku sebagai CPNS Kemlu.

Untuk dua revolusi ini aku jauh tapi dekat...aku berdoa, jika usiaku sampai di awal kebangkitan Dien ini, Allah memuliakanku menjadi bagian dari revolusi perbaikan dunia, atau setidaknya punya andil positif membuka jalannya. Allahumma Amin.