Tuesday 10 August 2010

Dasar Jahil/Cermin Menjelang Ramadhan

Sore menjelang Ramadhan, entah apakah sidang Isbath mengatakan malam ini malam pertama Ramadhan. Yang jelas, aku punya harapan sangat besar dan komitmen awal untuk menjadikan Ramadhan ini spesial. Aku harus berupaya sekuat mungkin untuk menjadikan kali ini yang terbaik, berharap banyak berubah ke arah lebih baik.

Oleh karena itu, sore ini meng SMS ke sejumlah teman dekat yang jadi korban pelbagai kejahilan, keusilan, plus kegombalan (yangMerekaTauAkuCumaBecanda) de el el deh...

Hasilnya adalah cermin betapa beratnya upaya yang harus saya lalui.

Ada yang balik SMS "jaga keunikanmu Mar!" nah loh, gimana nih...maksudnya unik itu apa? Justru keunikan ini yang harus aku perbaiki.

Ada pula yang SMS balik, "Waiyyakum Umar. M*#$ jg minta maaf sering bilang dirimu aneh, yah walopun jujur, tpkan gak boleh sesering itu yak.hehehhe. Piss.afwan..."

Nah, yang ini langsung menarik monster dalam diriku. SMSnya provokatif bagi sang monster, ditambah si pengirim SMS termasuk korban yang terlalu mengasyikkan untuk dijahili. Untungnya adzan mengingatkanku pada komitmen merubah Ramadhan.

Dasar jahil...semoga malam-malam Ramadhan menuntunku untuk bisa merefleksi diri, dan Allah menunjukkan hidayah untuk berubah menjadi pribadi yang baik.

Semoga teman-teman juga berkenan untuk mengingatkan, dan menjaga agar sang monster tidak membesar.

Sekiranya ini Ramadhan terakhir....

Monday 2 August 2010

Pesawat, Kematian dan Kelahiran

Jika kau sedikit saja masih ragu, maka izinkan aku teman, untuk meyakinkanmu bahwa Allah-lah, dan hanya Dialah pemilik alam semesta, dan yang berkuasa atas segala sesuatunya. Adalah hak preogratif Allah untuk menaruh kehendak pada segala sesuatu, memberi peringatan, dan peningitan. Ya teman, hanya Allah saja.

Batam, 16.47 WIB. Sekitar 52 menit dari jarak waktu aku ketinggalan penerbangan. Ya, saat kunjungan penjajakan penelitian kemarin kami ketinggalan penerbangan pulang, karena mis komunikasi. Meski sebenarnya tak perlu terjadi jika sekiranya, ssst ini rahasia jangna sampai teman-teman Batam tahu, aku ingat untuk mencocokkan jadwal yang ku printout dari tiket elektronik. Panitia mengira pihak protokoler Pemerintah Kota memesankan penerbangan terakhir(19.00) untuk kami, sehingga sisa waktu pasca wawancara singkat dengan pak wakil walikota kami bisa melihat sejumlah titik-titik potensial bagi pembangunan Kota Batam, ternyata jadwal penerbangan pulang kami adalah 15.55 WIB dan aku sudah pernah melihat sebelumnya jadwal itu tapi tidak terlalu yakin, dan lupa. Alhasil saat kami tiba di Bandara Hang Nadhim pukul 16.08 kami sudah terlambat. Pesawat yang kami lihat dari kejauhan take off ketika memasuki bandara tadi, adalah pesawat yang semestinya kami naiki.

Nah, 16.47, 52 menit dari pesawat mendarat, ayahku menelpon. "Mar, Mang Yana koma dirawat di rumah sakit Sukabumi, kamu klo mau pulang kunci ditaro di atas lemari." aku:"Innalillahi, aku nga pulang, aku lagi di Batam, ketinggalan pesawat hehe." Aku tak sempat pulang pekan kemarin, untuk sekedar memberitahu orangtuaku bahwa aku ada tugas ke Batam. Aku agak khawatir mendengar berita itu, tapi sekaligus tenang. Paman bungsuku ini orang yang insya Allah sangat soleh, diantara keluarga dari pihak ibu, beliau yang paling rajin shalat tahajud dan puasa senin kamis. Pribadinya juga baik, kepada keluarga maupun tetangga. Entah mengapa ada perasaan seperti,"kalaupun beliau meninggal, tenang saja, Allah takkan menyia-nyiakan tiap amalannya." Aku agak bingung harus berekspresi seperti apa, menertawakan keteledoranku plus ancaman kepada bos yang kuberi tahu soal itu untuk tidak memberitahunya kepada pihak panitia, dan menerima kabar itu dengan perasaan yang kusebut tadi. Kalau kau melihat ekspresi finalku, kau akan mengatakan, aku pasti tak punya hati. Wajahku datar saja, bahkan sesekali dengan seringai jahil khasku.

Tak sampai lima belas menit, ayahku menelpon. "Umar, Mang Yana meninggal." Me: "eh, innalillahi, memang sakit apa?"Nga tahu, papa juga baru pas mau berangkat, lima menit dari koma, eh udah ditelpon si Husein (kakak tertuaku) Mang Yana meninggal!"

Yana Suryana bin Karidja Dibrata. Putera ketujuh, adik ibuku. Pria kurus putih yang sangat soleh, dipanggil kembali oleh Pemiliknya, Allah SWT. Meninggalkan seorang isteri dan seorang puteri.

Tak banyak yang percaya beliau meninggal, karena persis hari ini, pagi tadi semestinya jadwal keluarga kecilnya pindah rumah ke rumah yang baru saja dibelinya. Bahkan siang kemarin kakakku masih bisa bercanda dengannya, pun para tetangganya. Tapi Allah memanggil hamba-Nya kapan pun Dia mau. Pria yang bekerja sebagai manajer banquet di salah satu hotel di bilangan senayan ini meninggal dengan cepat, yang termuda dikeluarganya tetapi yang tercepat kembali. Para koleganya di hotel segera datang dengan 12 bis pukul dua pagi ke rumahnya. Aku memang mendengarnya dari cerita bibiku,  yang ditinggal suaminya, tapi dari jumlah bis, dan kesaksian mereka, cukup bagiku untuk mengatakan, bahwa mereka punya kesan yang sama terhadap pamanku, beliau orang yang baik. Kesaksain tetangga dan ustad sholat jenazah pun demikian, jika beliau sedang di rumah, maka beliau selalu berjamaah di masjid.

Saat akhirnya aku mendapatkan kepastian tiket pulang malam itu, aku berazam untuk segera ke Sukabumi dan menghadiri pemakamannya. Alhamdulillah aku berhasil memenuhi azzamku. Melepas seorang saleh menemui Rabbnya adalah sedikit yang aku bisa lakukan, untuk menghormatinya. Aku berdoa kiranya Allah memberikan maghfirah, dan balasan surga atas segala amal baiknya. Semoga kami yang ditinggalkan diberi kekuatan untuk menapaki jalan kesalehan yang dilaluinya.

Ada kematian, dan ada kelahiran, manusia datang dan pergi di dunia ini. Allah yang Maha Rahman menghiasi hidupku hari ini dengan perenungan atas kuasa-Nya terhadap manusia, saat sore kemarin dan pagi ini aku memakamkan pamanku, malam ini sahabatku dikaruniai putera keduanya, ya Pipin dan Lara dianugerahi Allah seorang adik laki-laki bagi Ayyash. Semoga puteranya itu kelak menjadi putera yang saleh.

Ya Allah semoga kehendak dan ketentuan Mu menetapkanku selalu berada di jalan yang diridhoi oleh mu, hingga akhir saat aku kembali kepada-Mu. Allahumma amin.