Friday 31 December 2010

Bantu Aku....

Buat sesama KLAnese mohon maaf jika teman-teman harus dikecewakan, judul ini tidak hendak menceritakan seputar salah satu tembang lawas yang dibawakan trio Katon Lilo dan Adi, kalau tidak salah muncul dalam album Kedua (1990) dan The Best (1992). Tidak juga seputar tema yang sama dalam lagu itu.

Tidak teman. Judul ini untuk sesuatu yang lain, yang lebih besar, tapi pribadi sifatnya, karena subyek aku, tak lain tak bukan merujuk pada si empunya note/blog ini. Maka bantu aku, adalah kalimat sederhana, sesederhana seorang teman meminta bantuan kepada teman-temannya.
.....

Tahun 1431 Hijriah, dan 2010 Masehi seperti biasa Dia yang Maha Rahman tak berhenti memberikan kenikmatan tiada tara, dan menjadi lebih spesial karena untuk tahun ini Allah memberikan anugerah dan kenikmatan yang luar biasa. Setelah sekian lama akhirnya mimpi keluarga bisa terwujud: Salah satu dari putera kedua orang tuaku akhirnya bisa masuk Kementerian Luar NEgeri, dan  Allah meletakkan kehormatan untuk mewujudkan impian itu kepadaku. Tetes air mata kebahagiaan atas impian yang lama terpendam Allah takdirkan untuk terjatuh lewat aku. Kakak pertamaku mencoba, dan Allah punya takdir lain untuknya, kakak ketigaku mencoba, Allah pun memiliki takdir yang terbaik lain untuknya. Aku putera keenam dari kedua orang tuaku mencoba... gagal! mencoba....gagal! mencoba dan Allah menjadikan dua kegagalan sebelumnya sebagai takdir yang tertunda...tamsil bahwa diujung tiap jerih payah manusia adalah Dia Sang Pemilik Takdir dan Ketetapan. Tak ada yang bisa menggeser apa yang telah ditetapkan-Nya.

Jika ada yang harus aku tunjuk menjadi medium penjemput takdir Allah maka aku akan mengatakan doa. Doa saja!....sungguh upayaku terlampau kecil untuk mendapat ganjaran ini. Doa, terutama doa tak henti kedua orang tuaku, pada derajat selanjutnya doa keluargaku, dan doa teman-teman sekalian telah mengetuk Arsy dan menjemput takdir itu. Maka izinkan aku memulainya dengan rasa syukur dan terima kasih sebesar-besarnya atas doa yang teman-teman berikan.

Tapi jangan berhenti berdoa. Sebagaimana teman-teman bertanggungjawab atas dikabulkannya doa itu, maka teman-teman punya tanggungjawab untuk menjagaku...hahah..terdengar janggal memang, tapi izinkan aku meminta lebih. Bantu aku...
.....
Salah satu kenikmatan lain di penghujung tahun ini adalah aku bisa melunasi hutangku. Tergolong cukup besar, sangat malah untuk ukuranku: empat juta setengah! Sekali lagi Sang Razzak, Sang Waduud mengizinkan aku melunasi hutangku, dan upaya ini mengantarkanku pada janji Allah atas indahnya, dan nikmatnya silaturrahim.

Sebesar dua juta setengah dari total hutangku aku dapat dari seorang paman, kami menyebutknya Om, panggilan untuk setiap mahasiswa Al-Azhar yang suka menginap di rumah kami, tapi yang ini spesial, kedua orang tuaku sudah menganggapnya seperti anak sendiri, sebagaimana terhadap dua yang lain. Kakakku ini bernama Arifin Djayadiningrat.

Setelah Abiku, laki-laki ini adalah panutanku, bahkan di atas 'Nobunaga' sekalipun. Jika kau teman punya kesempatan mengenalnya, kau tak mungkin tidak menjadikannya panutan. Beliau tak hanya cerdas, tapi kokoh keimanannya, dan teruji dalam tribulasi yang luar biasa. Beliau membiayai kuliahnya hingga tingkat S2 sendiri, dengan penuh perjuangan. Dimulai menjadi kuli imigran di Roma, Italia, kemudian saat bekerja sambil berkuliah di Aljazair menghadapi ancaman kematian saat FIS, beliau aktivis partai Islam Al-Jazair itu, diincar oleh rezim militer. Hanya takdir Allah saja yang menjadikan todongan senjata di kepala militer Aljazair yang bengis tak jadi ditembakkan. Saat pertama berkuliah di Al-Azhar pasca pelariannya, dia harus menyanyikan lagu Indonesia Raya dan diminta menghormat bendera, hanya karena khawatir dianggap ekstrimis dan telah luntur jiwa nasionalismenya.

Beliau mengambil studi Syariah Wal Qanun, jurusan elit semacam Hubungan Internasional, tepatnya hukum dan politik di Al-Azhar. Bersama ayah beliau menjadi motor pergerakan mahasiswa Cairo dalam hal menguak korupsi KBRI Cairo, melawan praktik Golkarisasi pada tiap-tiap kesempatan Pemilu, hingga melakukan solidaritas atas reformasi dengan upaya pemboikotan hadir dalam acara temu masyarakat dengan Almarhum Presiden Soeharto. Jika teman-teman melihat kembali sejarah reformasi dan detik-detik kejatuhan Soeharto, Cairo terselip di dalamnya, dua-tiga hari menjelang pengumuman pengunduran dirinya, Almarhum ada di Cairo, ayahku sendiri yang membawa kawat rahasia seputar peristiwa chaos yang terjadi, yang membuatnya memutuskan untuk segera pulang dari jadwal pertemuan tingkat tinggi kalau tak salah, aku lupa persisnya. Singkat kata Abi, dan Kakakku ini tidak hanya memberikan mileu perjuangan dalam diriku, tapi dalam keseharian mereka, dalam nasehat dan melalui cerita menanamkan arti kebanggaan terhadap Islam, perjuangan dan mimpi perbaikan.

Nah, kelapangan yang Allah berikan untuk membayar hutang membawaku bersilaturrahim kepada Om Arifin (owh meski kuanggap kakak, tapi tetap panggilannya Om Arifin, berhubung usia terpaut jauh bahkan dari kakak pertamaku, masih ada barang tiga-lima tahun). Aku sampaikan kabar gembira soal impian keluarga yang terwujud, dia tahu betul impian itu, karena kami berbagi soal itu. Maka mulailah meluncur pelbagai wejangan, dan salah satu yang utama, dan menjadi pokok utama dalam tulisan ini, soal perilaku hidup sederhana!

Dengan kedalaman ilmu agama yang dimilikinya, pemahaman hadis, dan Quran disempurnakan dengan kekayaan pengalaman hidup, disaripatikannya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna soal pentingnya perilaku hidup sederhana.Yang kemudian aku sarikan dengan kalimat ini: Bahwa, pintu korupsi adalah saat kau, dan orang-orang terdekatmu mulai meninggalkan hidup sederhana!
......

Teman-teman wallahi, saat celana biru masih menempel dikulit pinggang hingga mata kakiku (ehm kami di Sekolah Indonesia Cairo memakai celana panjang sejak dari SD), aku sudah berazam semumayyiz-mumayyiznya aku, saat mahasiswa dan rakyat di tanah air menunjuk Korupsi sebagai penyakit, dan sumber kehancuran bangsa,  sebesra keinsyafanku untuk melawan korupsi, membenci korupsi, memerangi korupsi. Dan aku yakin memori kolektif, dan alam bawah sadar kita, satu generasi punya pemahaman dan itikad yang sama soal itu. Perjalanan waktu dan keistikomahanlah yang kemudian menguji komitmen kita semua.

Dan pada titik inilah aku meminta bantuan.
Perjalanan hidup dan takdir kini menuntunku untuk menjalani impian, dan misi perbaikan. Aku tahu sedikit banyak tentang Kemenlu (Deplu dulu), tentang praktik korupsi di dalamnya dulu, dan bagaimana ayahku bisa membangun imunitas terhadap cobaan itu, bertahan dengan kejujuran, dan hidup berbekal keyakinan, bahwa Allah sajalah pemegang rezeki manusia. Impian keluargaku adalah kesatuan dari impian pragmatis, dan ideologis sekaligus, kini takdir itu membuka jalan untuk mengujinya.
.....
Allah membuka jalan kesempatan kepada sesiapa yang memiliki niatan baik. Salah satu mantra yang pernahaku dapatkan di Gontor (Om Arifin alumnus Gontor, fakta itu pula yang membuatku memutuskan untuk mengambil pendidikan di sana, yang teman-teman tahu bagaimana ujungnya :p). Idza shodaqol 'azmu wadhoha assabiilu.

Jika benar/shadik baik azamnya maka akan menemukan jalan, kira kira demikian artinya.

Maka Azam remaja tanggung SMP untuk bisa berbuat sesuatu terhadap perbaikan negeri ini kini secara sadar aku insyafi, Allah bukakan jalan untuk itu. Aku dipertemukan dengan orang-orang, dalam setiap pembabakan hidupku, dengan nafas yang sama, orang-orang jujur dan lurus, orang-orang ikhlas, yang dalam buaian dan tangan-tangan ikhlas mereka menyentuh, menyepuh, menyetrum, dan menyemai terus nilai-nilai itu.Yang pada nanar mata mereka ada harapan, yang aku sendiri kerap berusaha mengingkari, bahwa kelak aku bisa berbuat kebaikan, seolah-olah takdir besar itu mereka percayakan padaku.

Sampai kemudian aku bertemu rombongan kebaikan yang di dalamnya ada teman-teman sekalian, bahwa aku percaya, aku tidak sendiri, aku punya teman untuk berbagi, apa yang sudah pasti mustahil saat kedua tangan kecil ini untuk hancurkan menjadi niscaya saat tangan-tangan kecil bertemu dengan ribuan tangan-tangan lainnya, berharap pada kitalah Allah menitipkan rahmat kebaikan bagi negeri ini.
.....
Teman-teman, aku hidup dalam impian, harapan, dan cita-cita untuk mewujudkan barisan kepemimpinan yang membawa pada perbaikan dan kebaikan. Kita hidup menyemai mimpi yang barangkali sama.

Banyak orang berharap pada kita, dan kita pun berupaya menjawab panggilan itu, dan yakin bahwa itu tujuan hidup kita. Tapi suatu ketika, pada suatu titik hidup saya pribadi, saya meyakini passion lain.

Bahwa yaaa semua yang saya utarakan merupakan harapan, impian dan tujuan, dan bahwa ya sebagai seorang muslim kita meyakini kehidupan ini bertujuan semata-mata untuk berta'abbud kepada-Nya merupakan kemutlakan.Tapi aku merangkainya dengan visi hidup yang sangat sederhana. Saat persepsiku menilai orang terlalu banyak berharap, maka aku teman, menekankan visi hidupku secara sederhana: "Aku ingin jadi ayah yang baik" itu saja, dan semoga itu menjadi jalan bagiku untuk menjawab harapanku dan harapan banyak orang.
.....
Visi sederhana itu pun tak mudah. Ada satu ayat Al-Quran yang dalam perjalanan hidup kami, Ayahku coba untuk bumikan. قوا أَنفُسَكُم وَأَهليكُم نارًا At-Tahrim ayat 6, berikut terjemahan ayat lengkapnya:

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Jika visiku sesederhana menjadi ayah yang baik, maka aku tak boleh memberikan bara api neraka sebagai makanan anak-anakku. Dan untuk itu teman-teman, aku membutuhkan bantuan.
....
Aku butuh bantuan sederhana selain doa, bantu aku untuk tetap berjalan dalam perilaku hidup sederhana, karena dengannya aku terjaga dari godaan apa yang jamak, dan sulit untuk dihindari saat aku menapaki jalan yang Allah tentukan.

Bantu aku dengan nasihat, dengan candaan yang disisipkan. Tiap kali aku punya rezeki yang lebih dan menjamu teman-teman, tanyakan apa aku mendapatkannya dari sisi yang halal. Tiap kali aku menghadiahi teman-teman, tanyakan apa ia terbebas dari sumber yang haram.

Saat aku mulai terlihat melampaui batas dalam membelanjakan harta, ingatkan bahwa jalanku penuh cobaan. Saat lingkar perutku mulai membesar, candai aku dengan mendoakan semoga itu dari yang halal. Saat kau melihat aku punya aksesoris tambahan di salah satu tangan, atau jari jemariku, ingatkan aku untuk tidak terjebak dalam kemewahan.

Saat aku dan keluargaku terlihat kurus dan menahan lapar, doakan kami untuk bersabar, tapi yaa sekali-kali traktir makan juga oke BE GE TE lhoooo..huahahahha

Seperti biasa, selalu ada antiklimaks...maaf, I just can't keep it. Sudah karakter sih...peace ahh

Terlalu banyak nikmat Allah yang tak bisa aku balas, salah satunya adalah kenikmatan memiliki teman-teman yang baik. Maka untuk satu alasan ini sahaja, bisa membuat leherku tercekat, dadaku menyesak, tubuhku bergetar...saat Sang Rahman bertanya: "Maka Nikmat Tuhan-mu yang mana lagikah yang hendak engkau dustakan"

Allahu yarhamukum
Selamat tahun baru 1432
Hijriah , dan 2011 Masehi
Sahabatmu sekalian
Umar Badarsyah ibnu Wihardja








 




 











Monday 6 December 2010

huehehheh...senangnya, dengan twitter bisa ngefollow Manu Ginobili dan Steve Nash.

Nyunduqnya orang-orang itu....

ahad kemarin baru dapet pengalaman menarik...

untuk pertama kalinya jadi panitia bagian nyunduq, suruh ngiterin kantong sunduq untuk musibah di Yogyakarta.

Subhaanallah, nyunduqnya para mukhlisin itu luar biasa. Mereka benar-benar berupaya memberikan apa yang terbaik pada diri mereka. Meski, seperti sebagian besar dari mereka, sebagaimana saya,hidup pas-pasan.

Menjadi teringat dalam salah satu risalah ta'lim Imam Hassan Al-Banna, "Kepada Apa Kami Menyeru Manusia!" terdapat penggalan yang dinukil oleh Imam Hassan perkataan orang-orang mengenai sumber dana dakwah:

"Dari mana sumber dana yang kami pakai untuk dakwah yang telah meraih sukses demikian besar ini, sementara kondisi ekonomi sedang sulit dan jiwa-jiwa manusia sedang pelit?"

Kemudian Imam menjawabnya dengan bangga:

Saya senang untuk mengatakan kepada mereka bahwa dakwah-dakwah agama bertumpu pada iman dan aqidah, sebelum harta dan kekayaan dunia yang fana.

Hari itu, saya ingin mengatakan hal yang sama. Wallahi orang-orang ikhlas ini menjual diri dan hartanya untuk Allah, maka mereka berlomba-lomba memberikan yang terbaik. Mereka berlari mengejar seruan ganjaran yang Allah sediakan tidak hanya di dunia ini, tapi di hari akhir nanti dan masa setelahnya.

Tugasku sederhana, tapi pelajarannya begitu berharga.

Allahumma tsabbit aqdaamana 'alaa shirootik.
Allahumma Amin

Selamat Tahun Baru Hijriyah 1432