Thursday 4 September 2008

Fena dan Resolusi Cinta

SEbentar, barangkali terjadi dua atau tiga minggu sebelum Ramadhan, aku lupa persisnya...aku diminta untuk mengisi pelatihan tata cara bersidang di FKGUI. Mereka hendak mengadakan msuyawarah besar senat FKG nasional.

Sebenarnya sudah lama diminta saat AW (Adi Winawan) meminta bantuan untuk dicarikan orang yang bisa membantu adik kelasnya (Moya FKGUI )untuk mengisi pelatihan tcb. Itu terjadi selepas rapat jurnal LKIHI.

FKG? SElalu ada gairah tersendiri dan pribadi sifatnya tiap kali ada kesempatan untuk berkunjung ke sana....karena Fena. Misteri nyaris abadi dalam hidupku...bukan salah makhluk berparas rupawan ini kalau ia jadi misteri hidupku, lebih karena aku....aku tak kuasa bertarung melawan persepsiku, dorongan nafsuku, dan sedikit bujuk rayu setan, untuk membiarkan beberapa babak dalam hidupku terjebak dalam ketidakberdayaagunaan hidup, akibat cinta!

MEski sudah hampir dua tahun berselang sejak pemahaman Islamku membaik dan jerat itu tidak lagi adidaya saat petunjuk membabatnya, tapi masih ada noda-noda yang tersisa...selalu ada jejak yang tersisa.

Aku beristigfar dalam hati, dan dengan dalih ada seseorang yang lebih kompeten karena pengalaman dan didikan organisasinya maka aku merekomendasikan Ka Rimas, beruntung Rika dan Gama mengamini...hanya saja dalam hati setengah berharap Ka Rimas tidak bisa hadir, dan aku menawarkan klausula untuk menjadi serepnya.

Selepas itu aku tidak lagi memikirkannya, hingga dua hari sebelum masa pelatihan RIka menelpon, dia tidak bisa menghubungi Rimas, dan khawatir dia tidak bisa datang, dalam pertemuan sebelumnya memang Rimas mengaku pada hari pelatihan dia ada jadwal UAS satu mata kuliah yang diambilnya pada semester pendek. Harus aku!

Ini kesempatan, untuk mengobati dan meluruskan segalanya...kesmpatan, sebuah resolusi. Aku percaya mentalku sudah siap, akidahku insya Allah lebih mantap karena ia ditopang dengan pemahaman, dalam Islam Ilmu penting untuk menjaga KeImanan, sebaliknya Iman penting untuk menghasilkan kebermanfaatan dalam ilmu.

SEhari sebelum pelatihan aku hubungi puteri kedua dari guru Biologiku sewaktu di Cairo, melalui fs dan sms. Kami berjanji untuk bertemu di sana.

Alhamdulillah, semua berjalan dengan baik, tidak ada lagi kisah lidah kelu tiap kali bertemu dengannya, obrolan kaku, basi, dan entah beban seberat gunung dari mana yang kerap menghinggapi dadaku tiap kali berjumpa dengan Prity Zinta berhijab itu di pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Bukan...bukan karena tidak ada lagi cinta untuknya...hanya saja ia bertransformasi, tidak lagi cinta karena lawwamah, tidak lagi atas dasar kasih yang tidak pada tempatnya...tapi cinta atas dasar ukhuwah...sungguh itu yang kurasakan...Maka selepas mengisi pelatihan ingin rasanya menyempurnakan resolusi ini dengan bersilaturrahim ke rumahnya, bertemu kedua Guruku(Ibunya Guru PKK dan Budi Pekerti sewaktu aku SD di sana), dan Farah kakaknya yang juga teman sekelas kakakku.

SEnang rasanya bisa bertemu dengan mereka, brbicara hangat tentang keadaan mereka kini. SEnang mengetahui bahwa Pak Mustafid dan IBu sibuk dalam kegiatan dakwah di PB Nahdlatul Ulama selaku penggiat pelayanan kesehatan masyarakat ormas Islam terbesar di Indonesia itu...visi dakwahku mengatakan bahwa barangkali ini salah satu pintu silaturrahim dakwah yang Allah sedikit buka untuk bisa kupanen demi kepentingan umat.

Yang membuat aku lebih senang adalah saat bertemu dengan mamandanya fena(nenek aku tidak tahu apakah mamanda itu panggilan yang berarti nenek di keluarga asli MAdura, tapi setidaknya nama itu yang digunakan untuk memanggil perempuan paruh baya yang sangat ramah itu). Beliau begitu baik, menyenangkan dan terlebih lagi pintar masak masakan mesir, kebetulan hari itu ada rus sya'riyah yang dimasaknya untuk sengaja dihidangkan bagi sahabat suaminya Om Quraisy Syihab yang pada hari Rabu malam itu akan mengadakan pengajian, dan mereka sekeluarga berniat datang silaturrahim.

Jika saja aku tidak ada pengajian di UI tawaran untuk datang bertemu Om Quraisy Syihab yang juga berarti mengunjungi Hala, Caca dan Ahmad pasti aku jabanin, semakin banyak silaturrahim yang kudapatkan. Tapi sudah terlalu banyak agenda dakwah yang aku dzalimi....

Selepas maghrib baru aku pamitan dan bertolak dari rumah Fena di bilangan Rawasari Timur, kebetulan selepas itu, tanggal 18 Agustus ada pernikahan Irwan dan kita berjanji untuk datang dan berharap banyak rekan-rekan eks Cairo yang bisa hadir untuk silaturrahim.

SEmua berjalan begitu indah, aku semakin yakin bahwa aku sudah 'sehat'...bahwa kini aku sudah siap untuk menaruh cinta atas dasar cintaku kepada Dia Yang Maha Mencintai, dan Kekasih-Nya Mustafa sang pembawa risalah.

Allahumma innaa na'udzu bika min annusyrika bika syai an maa na'lamuhu wa bimaa laa na'lamuh

Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepadamu dari perbuatan mempersekutukanmu baik yang kami ketahui (sadari) maupun yang tidak kami ketahui (sadari) Amin

Untuk adikku Fena....

Uhibbuki fillah Insya Allah : )


"Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS At-Taubah: 24)

4 comments: