Thursday 4 September 2008

Pejalan Tangguh I

Segala puji bagi Allah yang Maha Berkehendak, Maha Menciptakan, yang atas kehendak-Nya hamba diberikan sepasang kaki yang sempurna dan kuat .....

Saya khawatir kalau judul pejalan tangguh itu tidak sesuai dengan kaedah Bahasa Indonesia, berhubung nilai mata pelajaran Saya tidak terlalu istimewa untuk pelajaran ini. Sepanjang ingatan Saya , Nilai Ebtanas Murni SMP untuk Bahasa Indonesia yang Saya capai hanya 6,69. Angka yang terbalik Saya dapat untuk Bahasa Inggris. Saya minta teman-teman memaklumi, yang Saya maksud dengan judul tersebut adalah keinginan untuk menggambarkan sosok pribadi yang doyan jalan, jalan kaki. Apa awalan Pe- bisa menjadi 'orang yang suka', entah Saya butuh masukan dari kawan-kawan yang lebih ahli. Oh iya jangan gusar kalau saya sering mengganti penggunaan kata ganti subyek dengan Saya kadang Aku, kadang I atau malah GUe, kesanlh yang ingin saya tonjolkan, sebisa mungkin suasana akrab yang melibatkan emosi pembaca Saya coba tawarkan...butuh banyak kritikan juga neh dari teman-teman.

 Berjalan kaki itu menyenangkan, menyehatkan, I burn a lot of calories and fat when I am walking...Owh mungkin ini salah satu alasan kenapa berat badan Saya tak pernah naik. Damn, kalau kau tahu seberapa banyak Saya makan , you'll be wondering where do they go... heheh semoga ini nga bikin iri 'ibu-ibu' yang mudah gendut gara-gara nyemil...My tips: WALK!!
 
 Dengan banyak berjalan Saya memberikan banyak waktu bagi pikiran untuk berkontemplasi, memaknai beberapa kejadian yang dialami hari itu, atau kemarin, atau mencoba memprediksi, melukis dalam khayal apa yang mungkin terjadi...tapi sejujurnya porsi yang lebih besar adalah untuk menciptakan drama-drama dalam panggung benak khayali, read my other posts, you'll find that I am a person who love to talk to my self, freak....

Dengan berjalan juga Kita bisa menggapai mutiara hikmah kehidupan, melihat realita zaman kalabendu yang penuh ketidakadilan....Kau tahu di BIntaro sana rumah-rumah mewah tak sampai berjarak 100 meter dari rumah-rumah gubuk yang berlantai tanah, Kau tahu betapa kerasnya kehidupan yang dilalui oleh anak-anak jalanan, para pengemis, pengamen, gembel...kau tahu seberapa picik orang terbaik sekalipun mampu bertindak...Kau bisa merasakan kebaikan hati dari orang yang paling kau anggap hina...dan bisa merasakan kelicikan orang yang statusnya terlihat jauh lebih baik...Arungi kehidupan , tangkap ribuan makna dengan berjalan!

Dengan berjalan juga Kau dapat menemukan pengalaman menarik, lucu, menantang, atau membuat petualangan kecil.

Berikut adalah momen-momen perjalanan yang berkesan yang pernah Saya alami. Awalnya mau Saya urut berdasarkan usia, tapi agaknya kesan akan lebih saya utamakan dalam urutan jejak rekam petualangan, berjalan kaki. Semoga tidak kepanjangan....

Psr Rebo - Rempoa, Menjemput Cinta Berpulang Duka (Lucu)

Huahhahahhah, ini perjalanan yang paling berkesan...Banyak orang yang tidak percaya kalau jalan dari Pasar Rebo sampai Rempoa pernah Saya lalui dalam semalam, tepatnya 3 jam setengah mungkin. Menyusuri jalan tol, kemudian TB Simatupang, Lebak Bulus, Rempoa(Situ Gintung)...

Berawal dari keinginan untuk mengambil titipan barang, dari seorang teman yang sedemikian penting bagiku, begitu berarti, waktu itu, jauh sebelum I mendapatkan kesadaran akan arti cinta Dia Yang Maha Cemburu. Alhamdulilah, Hadaanallah. Barang itu harus Saya ambil di Bogor, Kampus IPB tepatnya. 

Nah dasar ABG SMA, modal nekat demi cinta, cuiiih, Astagfirullah. Punya uang nga seberapa, tapi sudah diperkirakan cukup untuk pulang pergi. Berangkatlah dengan tekad membara. Sesampainya disana ternyata agak mengecewakan karena barang itu tertinggal di Jakarta..wuek...kaciaan deh loh...


Tak bisa berlama-lama bertamu karena orang yang saya temui perempuan (kakak dari si penitip barang) dan itu perumahan para dosen, Saya pun tak ingin pulang terlampau larut, di luar mendung terlihat menyeramkan. Hal yang pasti biasa bagi penduduk sana. 


Pulang mulai berhitung dengan ongkos, perkiraan meleset jauh karena ternyata untuk sampai tujuan perlu naik empat kali kendaraan umum, dengan ongkos yang besar, sedang uang yang tersisa hanya cukup untuk naik 2,5 kendaraan nah lo ngitungnya gimana?


 Starteginya? jalan.....Huauahhahaha..Lewilluyang cukup asri untuk ditelusuri, naasnya hujan besar menemani perjalanan. Bemodal tas gembol, dan jaket yang dikenakan menerabas hujan besar sepanjang jalan. SEdih? Ndak justru terasa menyenangkan....ini petualangan, akan menjadi sejarah hebat sekiranya berhasil sampai pulang, dan yaa ini momen yang layak diabadikan.


Ini tips bagi teman-teman yang kerap menghadapi kesulitan: ambil angle yang berbeda, ubah paradigmamu, cari angle yang positif, dan jadikan ia pendorong tekadmu, seperti I saat itu, kondisi yang miris, dengan sedikit perenungan, menjadikannya sebagai tantangan dan petualangan, maka semangat pun kembali dan mengalirkan energi berlimpah pada kedua kaki.


Hari mulai larut malam, dalam perjalanan, karena memang Saya memulai perjalanan ba'da maghrib, setelah sholat. Momen berkesan pertama yang muncul adalah saat di depan Saya bertemu dengan pedagang somay gerobak dorong, juga mencoba melawan 'badai', tapi lebih beruntung karena cukup terlindungi dengan atap gerobak dan payung yang dipasangkan di atasnya. Melihat agaknya cukup untuk dua, terbetik ide untuk membantu sekedar mendorong sambil numpang meneduh. Nah mulailah kusapa abang Somay, yang ternyata orang sunda...ya iya laah loe kan lagi di Bogor cing....


waah agak lupa apa yang saya bicarakan tapi seputar kehidupannya, seperti kapan mulai berdagang , berangkat jam berapa, pulang jam berapa, sudah berkeluargakah?, berapa pendapatan perhari? cukupkah untuk biaya hidup? dan lain-lain.....


Lupa juga jawabnya, tapi saya masih ingat kesan yang timbul....SALUT...yaaa seingat saya pendapatan beliau terhitung kecil dengan perbandingan orang yang mesti ditanggungnya, walau jumlah orangnya juga tak seberapa...tapi penghasilannya sehari lebih sedikit dari jatah bensin temen2 kuliah Saya .... bahkan tidak sampai dua kali lipat jatah makan 3 kali saya...tapi orang-orang seperti ini tetap berjuang untuk hidup, mereka tetap survive....Sebenarnya sedikit bersyukur ketika krisis 1997 Saya masih di Cairo dengan kelebihan nikmat yang Allah berikan untuk keluarga saat itu...setelah dipikir, apakah keluarga gue bisa survive sekiranya ada di dalam negeri?

Orang-orang kecil ini bisa survive....dan jumlah mereka banyak...Jadi ingat ungkapan beberapa sarjana yang bilang kalau orang indonesia itu paling jago berakrobat dalam hidup, saat berkali-kali BBM naik, masih saja ada yang selamat....himpitan ekonomi yang secara sistemik semakin menghimpit memaksa jutaan penduduk berakrobat...kini kondisinya hampir mencapai batas nalar .... tak jauh dari Jakarta, di Banten masyarakat mengkonsumsi nasi aking atau eceng gondok untuk survive...

Nah untuk kembali ke cerita ,singkat cerita nurani tersentuh, orang kecil yang berjuang untuk betahan hidup ini tidak kehilangan kemanusiaannya di tengah himpitan ekonomi yang sedemikian dahsayat, Saya tak yakin lebih banyak orang menengah atas mampu bertahan dengan tekanan hidup, banyak yang depresi, stress kena penyakit gara2 kondisi ekonomi....tapi orang ini masih mengizinkan saya orang asing, basah kuyup, untuk numpang berteduh dan jadi teman jalannya....nga ke bayang klo gue mlih hitch hiking...mana ada mobil pribadi mau berhenti,dan merelakan jok mobilnya lepek, nanti apek lagi.... (tapi itu bukan ukuran untuk menentukan kadar kemanusiaan orang kan cah? dasar....).


Cukup jauh berjalan bersama Si abang Somay sampai tiba saatnya bersimpang jalan. Berdasarkan strategi I harus jalan terus lebih jauh...tapi beberapa minibus yang lewat dengan tulisan Bogor- Lebak bulus, membuka jalan lain....a way to home...mom here I come...Setelah mengucapkan salam perpisahan dan doa serta sahlawat (yang dua ini dalam hati) untuk abang Somay, I bergegas menepi untuk menunggu bus selanjutnya yang lewat...tangan merogoh kantong...yang tersisa Rp 3.500 (tiga ribu lima ratus rupaiah saja)...waaah cukup tak yaaah.....


Sebuah bus melaju dan berhenti 3 meter di muka ...bergegas saya naik...wah nyaman rasanya setelah berkilometer jalan bisa duduk nyaman..... tapi tidak lama, karena mulai gelisah setelah naynya k epenumpang tetangga berapa ongkos yang dibuthkan , ternyata...Rp.6000 (enam ribu rupiah)...waduh ..start panicking.....pas knek menggemerincingkan tangan ke muka sisa uang seluruhnya Saya serahkan sambil bergumam , minta turun di jarak seharga uang yang dibayarkan...sang knek melirik sedikit bingung...sebenarnya I merasa klo dibujuk dan diceritakan kondisi sebenarnya sedikit saja, SAya bisa menghemat jarak jalan berkilo-kilometer, secara dari pasar rebo ke lebak bulus masih kudu lewatin condet, Tanjung Barat, Ragunan , Cipete...dan mulai memikirkan strategi pulang dari lebak Bulus ke rumah.

Tapi entah kenapa dengan bodohnya mengalah pada nurani yang mengatakan bung kau tak boleh zalim...uangmu hanya segitu maka jarak yang pantaslah yang kau dapatkan.....sob...sob..

Heit lagipula kalau pilihan ini tidak diambil, cerita ini akan berakhir lebih cepat, dan kesannya tidak lebih dalam...remember always catch a better angle...

Naaah berhenti deh di Pasar Rebo...Sebenarnya waktu awal naik tidak tahu jalur yang dilalui bus itu, tapi berhubung sudah berkali-kali lewat Pasar Rebo ketika malam pukul 1120 lewat daerah itu secara spontan berteriak minta bus untuk berhenti untuk kemudian turun....

Untuk berkata jujur, waktu itu berpikir Pasar Rebo Lebak Bulus itu dekat tidak terlalu jauh...tapi ternyata perasaan itu timbul karena biasanya naik ke tempat itu dengan kendaraan, naik tol pula....sumpah ternyata jauuuuuuuuuh banget cing! 


Nah berbekal perhitungan yang jauh keliru tentang jarak yang akan ditempuh, dan mereverse ingatan pada momen2 dimana jarak tak pernah menyurutkan semangat untuk terus berjalan, berlari, dan tetap tegar meniti tiap langkah...terus melangkah, satu dua tiga ayunan yang berarti satu dua langkah semakin mendekati tujuan...maka I tetap melangkah....


Ada beberapa kebiasaan yang tidak pernah lepas dari petualangan berjalan kaki, yang paling utama dan tidak mungkin ditinggalkan adalah menjaga 'komunikasi' dengan diri sendiri, selain sebagai media kontemplasi, muhasabah diri, ini juga metode paling ampuh untuk tetap menjaga motivasi, memanipulasi perasaan letih untuk tetap tangguh berjalan....Nah yang kedua adalah dengan bernyanyi dan hampir semua lagu adalah gubahan group musik KLA dalam kurun satu dekade pertama pengabdian mereka dalam dunia musik Indonesia, tembang -tembang hit seperti Yogyakarta, Terpuruk, SEmoga, Tak Bisa ke Lain Hati, Anak Dara, dan lagu-lagu lainnya adalah teman perjalanan yang kerap mengundang pelbagai kenangan di masa lampau, dan itu menyenangkan meski menghanyutkan....Untuk mengimbanginya beberapa hafalan Al-Quran menjadi menu utama, karena nyanyian kerap mengundang jerat-jerat setan atas hati yang mudah terlena...dan memang demikian....saat mencapai titik yang mencemaskan, seperti rasa rindu yang berlebihan misalnya...maka ingat Tuhan adalah metode terbaik untuk menyembuhkannya...Tak ada cinta di atas Laa Ilaa ha Illallaaah.....


Rangkaian tasbih, tahmid, takbir dan tahlil biasa terucap terutama ketika mempercepat langkah hingga berlari.... SElain bernilai ibadah dan mensucikan jiwa ini juga pengusir rasa takut akan gelapnya malam, gelapnya kehidupan...dulu I penakut banget, punya rasa takut berlebihan dengan makhluk halus, tapi sejak intens mengaji rasa takut justru lebih besar terhadap setan berbentuk manusia karena lebih nyata merusaknya...


Alhamdulillah tidak pernah merasa diganggu oleh makhluk halus selama dalam petualangan jalan kaki....nah baru pada petualangan ini I diganggu.......hi..hi...hiiiiii....
Untuk mempersingkat saya akan langsung ke poin ini, karena ini adalah momen paling berkesan setelah bertemu dengan bapak somay, dan banyak momen perenungan atas kondisi dunia saat ini, kotor, penuh ketidakadilan, bahkan langit seolah dan memang tak sebiru dulu..


Poin ini juga untuk menghilangkan ingatan betapa penatnya berjalan dalam gelap dan dingin yang menusuk..... Nah 'kejadian' ini terjadi ketika perjalanan mendekati 1/8 sisa perjalanan secara keseluruhan (Psr. Rebo -Rempoa) kira-kira di daerah Pondok Pinang, klo tidak salah, antara Garda Oto dan sebuah hotel, I lupa namanya, pokoknya di daerah deket rumah Sahid (baru bertemu satu tahun setelah petualangan ini terjadi sebagai teman satu angkatan di FHUI, ganteng dan kalem manis hihihih).....

SAya memilih sisi jalan sebelah kanan dari tol ini karena I harus memilih berjalan melawan arah arus mobil, hingga bisa mengantisipasi datangnya mobil dari depan dan terhindar dari resiko tabrakan, waktu itu sudah mendekati pagi hari sekitar pukul 2 malam (eits pagi deng)...mobil pun mulai sepi, lampu jalan banyak yang mati....gelap ....menyeramkan, hanya berbekal lampu sorot mobil yang jarang lewatlah Saya mendapat cahaya yang cukup untuk sedikit merasa tenang, tiap kali mobil lewat sudah dibelakang, rasa takut kembali mencengkeram...tiba-tiba.......mendekati sebuah halte tak terawat, gelaaap, gelaap sekali dan sepenglihatan ku nga ada orang....sunyi tak bersuara, bahkan jangkrik pun tak terdengar..... tasbih, tahmid, takbir dan tahlil dipercepat mengimbangi adrenalin yang mempercepat detakan jantung....sebuah mobil melaju dari kejauhan dengan kecepatan sedang....belum cukup cahayanya menerangi halte, tapi langkah sudah tinggal satu meter lagi dari halte..

.tiba-tiba saat cahaya mulai menerangi halte....jantung seolah-olah mau meledak....ada kepala berukuran sangat besar, sinar kuning sorot lampu menunjukkan warnanya merah kekuningan seperti api yang menyalaa..Saya tak pernah bertemu kuntilanak atau genderuwo, tapi dua makhluk itu yang langsung terbetik dalam pikiran. Dalam hitungan detik jurus kaki seribu langusng beraksi, ngibriiiiit terus berlari kedepan (which ini pilihan terbaik yang berarti semakin mendekati jarak pulaaang)....

Nah lari semakin dipercepat, bahkan bisa dikatakan sebagai lari jenis tunggang langgang, ketika dari kepala itu keluar suara menakutkan......"hooooi cowok jangan lariii gueee kejar loeee...." (suara bencong)...

Mana yang lebih kau takuti?...bertemu makhluk halus jenis gandaruwo , n kuntilanak atau ketangkep bencong yang sedang bertugas? Saya lebh takut yangg keduaaaaa jadi ngbriiit sejadi-jadinya....huahahahahaha.....

Coba sedikit kita replay, jadi yang awalnya lari karena takut ketemu dedemit n keluarganya yang funky2 n sering masuk layar lebar , jadi semakin cepat ketika menyadari yang ditemui adalah makhluk yang jauh lebih berbahaya dari makhluk halusss....setan masih mudah diusir dengan doa-doa, tapi klo ketangkep bencong...wah bisa hilang keperjakaan..kikikkikiki......

Setelah lima ratus meter jauhnya dari lokasi kejadian sempat berhenti untuk mengatur nafas, untuk kemudian tertawa sejadi-jadinya mensyukuri dan menginsyafi diri ini selamat dari pengalaman yang mungkiiin jauh lebih buruuuuk, paling buruuuk, teramat sangaaat burruuuuuuuuk...hiiiiiiiiiii....mengerikan.....bahkan sampai saat menceritakan kisah ini ..bulu kuduk masih merinding, godek..gedek-gedek....


haaaa perjalanan akhirnya mendekati akhir, ketika lebak bulus sudah terlihat di depan mataa...tadinya mau ngambil jalan tembusan lewat pondok pinang ke gang sawo rempoa, tapi setalah berpikir daerah itu sarang preman akhirnya memilih jalur ciputat Raya ke arah Universitas Muhammadiyah hingga Gintung....Sebenarnya rumah saudara ada dekat Gintung di rempoa sana...tapi karena besok atau pagi itu hari sekolah I harus pulang...akhirnya ketika masih di jalan Rempoa depan gang rumah saudara, I memutuskan untuk teruss berjalan...tapi sudah tidak kuat, apalagi hawa subuh yang jauh lebih dingin sudah turun, kening sduah sampai berembun....kaki sudah bergetar hebat.....apalagi kalau menekukkan lutut sedikit saja.....

Terlintas untuk mencari tumpangan jadi menepi ke pinggir jalan untuk mencari tumpangan, Alhamdulillah tak sampai 10 menit menunggu ada mobil pick up terbuka yang lewat dan sudi untuk ditumpangi....ini juga teramat berkesan bayangkan setelah berjalan sedikit jaaauuh (bodoh jaaauuuuuh banget norak jangan sok deh loe) pertolongan Allah datang, karena ketika sang supir bertanya (dia bersama seorang rekannya duduk di depan) ke mana tujuan sya, SAya jawab Bintaro...kebetulan, mereka pun ingin ke Bintaro tepatnya lewat setelah untuk kedua kalinya kebetulan mereka memiliki tujuan ke arah jurang mangu...yang berart lewat Ramayana dan pintu depan komplek Deplu 76....huaaa tak terkira betapa senangnyaaa....begitu melompat turuuun.....rasa senang tak terkira menjadi gelora semangat yang menghilangkan segala kepenatan....dengan kecepatan lari yang m\hampir melebih ketika ngibriiiit I berlari dari depan ke rumah jaraknya kira2 200 meter laah dari atas ke bawah belok ke jalan melati ke rumah no 10 di blok b tersebut (gmana sekarang yaaah rumah itu, sudah hampir satu tahun tak berkunjung ke rumah yang dua tahun lalu sudah dijual)....

sampai lah di rumah, tiga puluh menit dari azan subuh yang kelak berkumandang, saat belum lengkap rakaat kedua dari Isyaaku yang 'kepagian', penghuni rumah sedang terjaga ketika I mengetuk pintu, bundaa yang membuka pintuuuu....langsung ku sambarr dan kucium pipi bundaaa...kemudian sambil bersemangat bercerita riang tentang pengalaman semalam...eh sepagian tadi, Abi , kakakku Yusuf dan Adikku Isna datang mendengarkan...

Diakhir cerita mama bilang dengan nada heraaannn campur geli "yaa ammpunnn kenapa nga naek taksi trus bayar di sini?" gonjreng----gonjrengggg huaaaaaaaa........opsi ini tak terlintas sedikit pun dalam bayangan.......kan jadi nga perlu jalan 'segitu' capeknya.....pertanyaan itu justru mengundang reaksi tertawa sekeras-kerasnya menertawai 'kebodohan' untuk memilih berpetualang, tapi setelah berpikir sejenak, keseluruhan petualangan tadi sangaat menyenangkan, lagi pula tak terbayang berapa harga yang harus dibayar oleh Abi untuk ongkos taksi dari lewiluyang ke rumahhh...tak....tak ....sejak dulu hati ini tak pernaaah merasa tenang kalau harus bahkan sedikit membebani keluarga...bahkan dulu waktu di Mesir sekalipun I lebih memilih untuk memakai sepatu sampai butut ketimbang merengek minta beli sepatu baru...tidak! beban orang tua terlalu besar dengan banyak anak...biarlah ini menjadi amalan untuk alokasi lainnnya...


Untuk Abi dan Ummi...anak kesayanganmu ini (setelah Isna) tak pernah tega melihat kegetiran hidup yang harus dialami!

NExt on Pejalan Tangguh II: PErjalanan Terburam dalam Hidup!




8 comments:

  1. an enjoyable blog. tapi saranku yah, pake spasi 1,5 dan huruf digedein. karena untuk baca ini gue harus mlototin monitor sampe2 begitu mengalihkan pandangan ke sekeliling aku ngeliat kunang2 warna-warni...

    ReplyDelete
  2. Oh baik, ini waktu dipost juma copas dari bloggku yang di FS,nga kepikir untuk diedit. Tapi lumayan kan buat olahraga mata..gahahah

    ReplyDelete
  3. hihiy
    :D
    selalu ada hikmah... selalu ada hikmah.. :)

    ReplyDelete
  4. xD
    kocak bener Bang!
    bolehlah, like brother like sister..

    ReplyDelete
  5. fiuh...akhirnya selesai juga bacanya...
    rapiin kak alurnya, bahasanya...hurufnya..
    bisa keren kayany :p


    wah...bencong tahu aj y ...wkwkwk

    ReplyDelete
  6. *lg baca blog2 ka umar.. Inget pkataan ka umar ke
    ka nanda, "saya nulis ttg gontor di pejalan
    tangguh" Jadi penasaran... :-D


    Haha.. Tuh kepala atw ap ya.. :-D

    ReplyDelete
  7. salah baca, bacanya yang ke II Cin

    ReplyDelete
  8. Udah baca smua ka.. Tp kok nanggung c.. Lanjutin dunk..

    ReplyDelete