Wednesday 4 February 2009

Iklan Politik Belum Mencerdaskan

Iklan Politik Belum Mencerdaskan

By Umar Badarsyah

Suara Mahasiswa, Seputar Indonesia, Kamis 5 Februari 2009

 

Pemilihan Umum legislative tinggal tiga bulan lagi. Partai-partai terutama partai besar dan yang memiliki kekuatan dana, berupaya keras menaikkan citra dan popularitasnya dengan memanfaatkan iklan-iklan di media, baik cetak maupun elektronik. Sayangnya, iklan-iklan yang beredar di masyarakat kurang dalam segi pencerdasan politik.

 

Iklan-iklan politik miskin atas pencerdasan produk politik. Partai-partai politik tidak mampu menghadirkan kepada publik apa yang sebenarnya mereka bawa, kebijakan apa yang akan mereka ambil ketika terpilih.. Partai Gerindra yang paling sering terlihat di media televisi misalnya menggunakan kemiskinan, nasib petani dan nelayan sebagai alat kampanye tanpa menjelaskan kebijakan apa yang akan diambilnya untuk mengubah nasib mereka.

 

Partai Hanura senada dengan Gerindra. Partai Golkar dan Demokrat berebut menyebutkan keberhasilan pemmerintahan saat ini tanpa juga mampu atau mungkin mau mengungkapkan kebijakan mereka ke depan. PKS pasca iklan kontroversial sumpah pemuda hanya bermain aman. PDIP barangkali selangkah lebih maju ketika mengeluarkan produk politik enam program yang akan dilakukan Megawati dalam 100 hari kepemimpinannya jika terpilih sebagai presiden, tetapi sama saja tanpa detail-detail konkret.

 

Ini sangat disayangkan. Padahal pencerdasan politik terhadap public teramat penting. Kemampuan partai politik dalam melakukan pencerdasan politik akan melahirkan semakin banyaknya pemilih rasional. Perang citra tidak hanya menipu masyarakat, tetapi juga melahirkan apatisme melihat realitas di lapangan yang tidak banyak perubahan dan ini akan mendorong peningkatan perliaku golput.

 

Selain itu pencerdasan politik akan membantu melahirkan kepemimpinan yang lebih baik karena pemimpin yang dipilih adalah pemimpin yang benar-benar mampu menggambarkan kebijaknnya ketika memimpin dan rakyat pun dapat menggunakannnya sebagai alat control jika kemudian pemimpin tersebut lalai menjalankan apa yang merepresentasikan kehendak mereka ketika memilihnya.

 

Pentas politik Amerika Serikat barangkali memberikan pelajaran positif ketika baik pasangan Obama-Biden dan McCain-Palin sama-sama memaparkan dan berkontestasi dengan pilihan tawaran keijakan masing-masing atas permaslahan energi, perpajakan, kesehatan, pendidikan, dan bahkan luar negeri. Hingga kemudian mereka menyerahkan pilihan kepada rakyat Amerika Serikat melalui mekanisme pemilihan tidak langsungnya.

 

Masih ada waktu bagi para partai politik untuk benar-benar melakukan pencerdasan politik yang baik. Kita masih memegang harapan Pemilu 2009 akan menjadi pintu bagi perbaikan Indonesia ke depan. Jika kemudian kita gagal memanfaatkan pesta demokrasi ini barangkali negeri ini tidak akan mengalami perubahan.

12 comments:

  1. sip, sepakat kak!! *eh ada kak Umar di MP!!

    takjubtakjub
    hehehe

    ReplyDelete
  2. pencerdasan mengenai pencoblosan yang diganti dengan pencontrengan juga
    agaknya kurang
    apalagi untuk wilayah-wilayah di pelosok seperti di kampung saya
    hehehe

    ReplyDelete
  3. wah...beneran dimuat di media nih kak?

    iya..ya....
    saya nonton rame2nya pilpres amerika kemaren jd ngeliat, kalimat2 kampanye yg digunakan tuh gak sulit, rumit,njlimet. tapi konkret operasional. jadi klo anak kecil nonton juga ngerti.

    omong2 kenapa pencoblosan diganti jadipencontrengnya?

    ReplyDelete
  4. mungkin pencerdasan politik ini sengaja dihindari oleh beberapa partai tertentu, demi menutupi belangnya..

    wallahu'alam bishawab

    ReplyDelete
  5. Saya tidak tahu secara pasti mengapa pencoblosan di ganti dengan pencontrengan. Pernah mendengar bahwa itu dilakukan untuk menghemat biaya karena paku dan bantalan paku dalam jumlah banyak juga memakan biaya besar. Hanya saja kalau ini alasannya agak aneh mengingat untuk menyediakan pena (perlu pena khusus tak ya??) juga butuh biaya. Sosialisasi budaya baru juga butuh biaya. Terlepas bahwa perubahan budaya ini berpeluang besar mengakibatkan banyaknya 'golput' akibat kesalahan teknis mencontreng, saya justru mengapresiasi kebijakan ini.
    Pilihan memodifikasi perilaku pemilih memang ongkosnya lebih mahal, sperti pembtnukan norma secara modifikasi pada umumnya (hayoo inget kodifikas dan modifikasi kan Wenny, Ira?). namun dalam pandangan saya pergeseran dari budaya mencoblos yang terkesan primitif ke budaya mencontreng yang menunjukan budaya literasi merupakan kemajuan. Efek lainnya, semestinya para calon legislatif memiliki effort yang lebih untuk memperkenalkan dirinya, karena yang tertera dalam kertas pencoblosan adalah lambang partai dan nama mereka saja minus foto klo tidak salah.
    Eh, kok bahasanya kaku yaaah...tenang ini barangkali hanya sementara, efek menyesuaikan diri dengan usia..hahah

    ReplyDelete
  6. Menyesuaikan dengan usia? wah sudah tua rupanya :) susah untuk mengharapkan parpol kembali menjalankan pencerdasan politik yang mumpuni, mengingat kepentingan mereka terlalu besar. makanya butuh pengawasan dan pencerdasan dari pihak eksternal di sini. Sayangnya baik LSM, NGO ataupun gerakan yang ada jalan dengan isunya masing-masing....

    ReplyDelete
  7. ehm..tolong segarkan kembali ingatan saya kak...

    hehe...

    ReplyDelete
  8. Aduh adikku Iraaa, makanya klo ikut training legislatif niatnya jangan cuma buat ketemu uda mu nan elok ni!!! :p
    Nah sekalianngasih ilmu, dalam pembuatan norma, semisal UU ada dua tipe cara yang bisa ditempuh, kodifikasi yaitu menyerap nilai-nilai yang sudah hidup di masyarakat, dan modifikasi yang berkebalikan dia mau coba masukin nilai baru untuk merubah nilai yang sudah ada di masyarakart, masih inget contoh program KB cukup anak dua??? di Indonesia kan nilainya (dulu) banyak anak banyak rezeki, nah diberlakukanlahnorma untuk ngubah itu. Hayooo dingatilmunya biar nambah, gantian yaaa klo punya jurus2 psikologi menipu orang (butuh yang kayak gini, untuk mancing orang bilang: Umar kamu nyebelin!!1 hahahha)
    buat Rika, tulisan ini sotoy2an , karena memang sesungguhnya maksud mereka tidak untuk mencerdaskan, tujuannya memang murni meningkatkan popularitasx. Ini cara paling ampuh karena mayoritas pemilih masih pemilih rasional...baca tulisannya Muhammad Fasial di Kompas, dia ngupas kecccenderungan kampanye media parpl dari sudut teori...ntar aku posting deh...
    Oh iya Rika, kita join buat tulisan yaaa, yang tentang rokok dan tembakau aku udah punya banyak bahan, tapi karena gaya pikir ku lateral agak susah untuk nyusunnya dengan kerangka yang rapi.
    Buat temen2 yang mau nyoba nulis ke Sindo, untuk pekan depan temanya mengenai PHK massal akibat krisis global...Caranya bmudah cukup sotoy2an dikit untuk 5 maksimal 7 paragraph , ada paragraf pembuka dan penutup, nga lebih dari satu seperempat halaman...buat detilnya bisa tanyakan kirim via am_ryhu@yahoo.com atau beli aja Sindo sene, liat aturanaen di bawah kolom suara mahsiswa...ayo2 itung2 nyoba2 berhadiah

    ReplyDelete
  9. Denger ya bocah, dalam sebuah pendapat dan tulisan gak ada istilah sotoy-sotoyan. Semuanya harus dipertanggungjawabkan. Ck...3x sotoy-nya aja kayak gini, gimana tulisan ilmiahnya pak? Iya sih mar, partai itu kan kendaraan meraih kekuasaan, jadi wajar kalo promosinya kayak gitu. yang ga wajar adalah kalo gak satu pun partai yang benar-benar memberikan pencerdasan pada masyarakat! ini berarti kegagalan sistem kepartaian dan demokrasi dalam memberikan demokrasi seutuhnya.
    Kalo buat rokok dan tembakau, aku juga udah cari beberapa infonya kok. jadi aku harus bantuin apa nih?kirimin bahannya ke aku donk. Terus rencananya LKIHI mau bikin blog. kita bisa angkat isu ini disana...

    ReplyDelete
  10. waduhhh bang umar, tau aja kalo saya udah mulai lupa2 ama kodifikasi & modfikasi? hehe..
    tapi makasih bang udah diingatkan lg.. :)

    ReplyDelete
  11. hoo...saya gak inget itu training legislatif yg mana ya?
    soalnya tiga kali ikut training legislatif, semuanya gak ikut full dari awal ampe akhir...
    saya malah gak inget ada k'umarbadarsyah...ingetnya cuma bang Sony..hehehehe
    :p

    yah,,,nanti saya luruskan lagilah niat saya yg melenceng ini... [niat untuk membuktikan klo k'umar tidak menyebalkan, tapi superduper-menyebalkan-sekali]

    ReplyDelete
  12. Oh by the way guys, tulisan yang terbit ini sudah lewat proses editing sama redaksi, untuk tulisan asli yang saya kirim bisa lihat di yang (original).
    To Ira: ituloh yang training legislatif in house psikologi, ada Nisa tegar dan adik2mu yang lucu-lucu calon MPM Psiko...dan terima kasih atas pujiannya, kamu kan tau kalimat apa yang paling bisa mencerahkan hari saya... ;p
    To Rika: boleh RIka, tapi aku lupa emailmu, ntar ku cek apa ada di daftar alamat di yahoo ku, tulisan ku udah setengah jadi...

    ReplyDelete