Ini tentang seorang saleh, yang saya lupa namanya, yang majelisnya didatangi oleh seseorang (yang saya lupa, pernah tau namanya atau tidak). Orang saleh ini menegur orang yang datang tersebut, me-accuse-nya dengan bilang 'anda habis melakukan maksiat' yang belakangan diketahui memang benar adanya (well,, perbuatannya apa, sepertinya ada dalam cerita, but seems like my brain got a little bit rusty or dusty? heheh..).
Err.. karena detail ceritanya saya lupa, so kata 'Ini' pada awal paragraf di atas sebaiknya dicoret saja.. (saya pernah tau cara bikin coretan di sini, namun sekarang tidak dapat mengingatnya.. HELeP!!!)
Jadi, mungkin ini tentang,, err.. sebentar.. klo gak salah istilahnya bashiroh.
Bahwa bapak A sebagai orang saleh juga berilmu, dapat melihat bahwa seseorang telah melakukan maksiat sebelum datang ke majelisnya. Ini sungguh luar biasa, dengan melihat roman muka saja. Dulu saat saya mendengar kisah ini untuk kali pertama, saya mengasosiasikan apa yang disebut kelebihan --bashiroh-- ini sebagai sesuatu yang magis, sejenis kesaktian seperti yang ada di tutur tinular dan wiro sableng, hanya saja ini kemampuan diberikan oleh Allah pada orang-orang terpilih. Kalau ndak salah ingat [T-T], kisah ini beberapa kali terjadi, bukan hanya Bapak A yang memilikinya, tapi ada beberapa kisah dengan tokoh yang berbeda. Dan merek semua diceritakan memiliki kedekatan yang baik dengan Allah.
Intinya kemampuan ini out of reach lah.. gak bisa dipelajari. Memang terberi.
Namun, setelah masuk psikologi, dapet mata kuliah Antropologi, saya menemukan seseorang bernama Silvan Tomkins yang memiliki kemampuan mirip-mirip dengan orang saleh di atas. Ia dapat 'membaca pikiran' seseorang dengan melihat lintasan-lintasan emosi di wajahnya. Maka beliau adalah tersangka penyebab utama, kelak para lulusan fakultas psikologi dinobatkan selevel dengan Mama Loreng yang bisa membaca pikiran dan melihat masa depan (na'udzubillah.. sungguh itu pitnah! kita orang gak maen gitu-gituan mamen..).
Opung Silvan Tomkins ini sakti mandraget (sakti mandraguna banget maksudnya :p), tapi terlalu nyentrik dan menyenangkan untuk merepot-repotkan diri membikin kesaktiannya ini terlihat ilmiah dan diturunkan pada orang lain. Naah, beliau bukannya pelit dan pengen sakti sendirian,, enggak kok.. cuman beliau emang gak mau ribet aja.. (Ouu.. he's so similar to me.. *sok2samaan*)
Barangkali juga beliau sudah mendapat bisikan dari Ki JokoClever, klo nanti bakal ada seseorang yang mau berepot-repot ria untuk mengilmiahkan dan membikin struktur sistematis dari kesaktiannya. Eh bener aja dong, suatu hari seorang bernama Paul Ekman datang dan berguru pada beliau. Om Paul ini lah yang akhirnya meneliti apa yang disebut sebagai micro facial expression yang menunjukkan emosi-emosi berarti, yang sifatnya universal di seluruh negara dan kebudayaan. Sounds easy, eh? Enggak sama sekali sodara2..! Untuk lebih jelasnya tentang susah dukanya Om PE ngilmiahin kesaktian Opung ST, silahkan gugling atau wikiria.
Nah, setelah kenalan dengan beliau berdua Opung ST dan Om PE, saya jadi nebak-nebak-liar-sok-sok-nyama-nyamain; jangan-jangan kemampuan para orang saleh dulu itu adalah seperti kemampuan yang dikembangkan Om PE. Mereka dapat mengenali roman muka seperti apa yang ditunjukkan orang yang habis bermaksiat. Otot mana yang bekerja, gesture seperti apa yang dipelihatkan. Saya tebak perpaduan emosi shame, guilt, fear dan mungkin ditambah disgust. Nah loh.. tampilan wajah dari emosi-emosi itu gak ada yang cakep satu pun loh.. terutama yang fear sama disgust.
Jadi hari ini kita mendapatkan rumus jelek:
klo sering maksiat, emosi itu sering tampil,
nah klo sering tampil jadinya ekspresi wajah lebih sering jelek,
klo lebih sering tampil jelek, di persepsi orang lain juga jelek, cakepnya sekali2 doang
makanya orang yang suka maksiat biasanya .... gak bercahaya (gitu bahasa alusnya) klo terjemahan dari bahasa qur'annya mah gak sedep dipandang gitu.. klo bahasa totok aura; auranya jelek.. halah..
nah,, sebelom saya menyimpang jauh dan melebar ke mana-mana lagi (yang sebenarnya hukumnya halal-halal saja, toh ini ceracau tengah malam saya),, saya mau ngasih tau nih, pemicu midnighttrance malem ini adalah ini:
dan saya jadi keingetan cerita orang saleh itu. Dan otak saya seenak-keriputnya sendiri nyambung-nyambungin.
Begitulah.
Err.. karena detail ceritanya saya lupa, so kata 'Ini' pada awal paragraf di atas sebaiknya dicoret saja.. (saya pernah tau cara bikin coretan di sini, namun sekarang tidak dapat mengingatnya.. HELeP!!!)
Jadi, mungkin ini tentang,, err.. sebentar.. klo gak salah istilahnya bashiroh.
Bahwa bapak A sebagai orang saleh juga berilmu, dapat melihat bahwa seseorang telah melakukan maksiat sebelum datang ke majelisnya. Ini sungguh luar biasa, dengan melihat roman muka saja. Dulu saat saya mendengar kisah ini untuk kali pertama, saya mengasosiasikan apa yang disebut kelebihan --bashiroh-- ini sebagai sesuatu yang magis, sejenis kesaktian seperti yang ada di tutur tinular dan wiro sableng, hanya saja ini kemampuan diberikan oleh Allah pada orang-orang terpilih. Kalau ndak salah ingat [T-T], kisah ini beberapa kali terjadi, bukan hanya Bapak A yang memilikinya, tapi ada beberapa kisah dengan tokoh yang berbeda. Dan merek semua diceritakan memiliki kedekatan yang baik dengan Allah.
Intinya kemampuan ini out of reach lah.. gak bisa dipelajari. Memang terberi.
Namun, setelah masuk psikologi, dapet mata kuliah Antropologi, saya menemukan seseorang bernama Silvan Tomkins yang memiliki kemampuan mirip-mirip dengan orang saleh di atas. Ia dapat 'membaca pikiran' seseorang dengan melihat lintasan-lintasan emosi di wajahnya. Maka beliau adalah tersangka penyebab utama, kelak para lulusan fakultas psikologi dinobatkan selevel dengan Mama Loreng yang bisa membaca pikiran dan melihat masa depan (na'udzubillah.. sungguh itu pitnah! kita orang gak maen gitu-gituan mamen..).
Opung Silvan Tomkins ini sakti mandraget (sakti mandraguna banget maksudnya :p), tapi terlalu nyentrik dan menyenangkan untuk merepot-repotkan diri membikin kesaktiannya ini terlihat ilmiah dan diturunkan pada orang lain. Naah, beliau bukannya pelit dan pengen sakti sendirian,, enggak kok.. cuman beliau emang gak mau ribet aja.. (Ouu.. he's so similar to me.. *sok2samaan*)
Barangkali juga beliau sudah mendapat bisikan dari Ki JokoClever, klo nanti bakal ada seseorang yang mau berepot-repot ria untuk mengilmiahkan dan membikin struktur sistematis dari kesaktiannya. Eh bener aja dong, suatu hari seorang bernama Paul Ekman datang dan berguru pada beliau. Om Paul ini lah yang akhirnya meneliti apa yang disebut sebagai micro facial expression yang menunjukkan emosi-emosi berarti, yang sifatnya universal di seluruh negara dan kebudayaan. Sounds easy, eh? Enggak sama sekali sodara2..! Untuk lebih jelasnya tentang susah dukanya Om PE ngilmiahin kesaktian Opung ST, silahkan gugling atau wikiria.
Nah, setelah kenalan dengan beliau berdua Opung ST dan Om PE, saya jadi nebak-nebak-liar-sok-sok-nyama-nyamain; jangan-jangan kemampuan para orang saleh dulu itu adalah seperti kemampuan yang dikembangkan Om PE. Mereka dapat mengenali roman muka seperti apa yang ditunjukkan orang yang habis bermaksiat. Otot mana yang bekerja, gesture seperti apa yang dipelihatkan. Saya tebak perpaduan emosi shame, guilt, fear dan mungkin ditambah disgust. Nah loh.. tampilan wajah dari emosi-emosi itu gak ada yang cakep satu pun loh.. terutama yang fear sama disgust.
Jadi hari ini kita mendapatkan rumus jelek:
klo sering maksiat, emosi itu sering tampil,
nah klo sering tampil jadinya ekspresi wajah lebih sering jelek,
klo lebih sering tampil jelek, di persepsi orang lain juga jelek, cakepnya sekali2 doang
makanya orang yang suka maksiat biasanya .... gak bercahaya (gitu bahasa alusnya) klo terjemahan dari bahasa qur'annya mah gak sedep dipandang gitu.. klo bahasa totok aura; auranya jelek.. halah..
nah,, sebelom saya menyimpang jauh dan melebar ke mana-mana lagi (yang sebenarnya hukumnya halal-halal saja, toh ini ceracau tengah malam saya),, saya mau ngasih tau nih, pemicu midnighttrance malem ini adalah ini:
dan saya jadi keingetan cerita orang saleh itu. Dan otak saya seenak-keriputnya sendiri nyambung-nyambungin.
Begitulah.
-_-"
ReplyDeletekakak ini.. :D
anyway, jfs Kak,,
iraaaa... bahasanya lucu dehh..
ReplyDeleteaq suka niih ttg psikologi yg kek bginian..
srg2 share ttg psikologi yg ra dgn bhasa yg mudah dmengerti.. :)
bacanya bingung..
ReplyDeleteSaya pikir bashiroh dengan SKILL yang dimiliki Tomkins, Ekman, dan beberapa ahli NLP & hipnosis itu sangat berbeda. Bashiroh tuh anugerah Allah kepada orang beriman yang senantiasa mencari petunjuk Allah (Q.S. 47:17). Bashiroh bertambah jika keimanan bertambah, dan berkurang jika keimanan kita sedang lemah.
ReplyDeleteSedangkan skill yang dimiliki tomkins, ekman, milton erickson, dll, adalah sesuatu yang bisa dipelajari. Skill ini tidak berkaitan dengan keimanan seseorang. Skill ini murni mengandalkan pengamatan dan ketajaman sensori.
@ifah:
ReplyDeleteah ifah, trima kasihmu kuterima tapi, kirain kau mau nambahin info2 gitu.. terkait isi tulisan ini hehe..
@blu dan mbak tintin:
nah loh.. yg satu bingung yang satu malah berasa tercerahkan.. gak apa mbak tin klo bingung, wajar aja.. soalnya ini memang tulisan ngaco org yg kena insomnia sesaat.
@k'iman:
setuju seratus persen sama kak iman. Saat menulis itu saya juga mau bilang bahwa keduanya tetap saja gak bisa bener2 disamain, cuman kayaknya karena keasikan ngetik, ada hal esensial yg terlupa. terima kasih banyak sudah ngasih poin pentingnya.
ini lagi dalam masa galau ya ra :D haha.. udah lewat kan skarang =P
ReplyDeletehaha.. yoi.. aku kalau galau modelnya begini.. :D
ReplyDelete