Tuesday, 15 February 2011
Friday, 11 February 2011
Ini Indonesiaku
Ini Indonesiaku
By Pink Panther (Kelompok Prajab: Me and Budi, Wili, Adri, Intan, Oliv, and Bu dokter gigi)
Ini Indonesiaku
Indah beraneka warnanya
Baragam dan eksotik flora faunanya
Semarak bermacam suaranya
Warnaku biru
Sebiru langit indonesiaku
Biru sejernih mata air
Tak kau dengarkah riaknya saat mengalir?
Riang bergemericik tanpa akhir
Di sini di indonesiaku
Warnaku kuning
Seperti bunga ilalang yang kuning
Kupetik dan kusisipkan di telinga gadis bening
Tak kau dengarkah suara angin yang menerpa rambutnya dalam hening?
Mendayu padu sempurna dengan senyum si gadis bening
Di sini di Indonesiaku
Hijau warnaku
Sehijau daun sayur-sayuran
Menghijau terhampar di pegunungan
Tak kau dengarkah suara petani mengucap permisi?
Ujarnya,”aku hendak memanen sayur pagi ini!”
Di sini di Indonesiaku
Warnaku merah
Semerah tanah gembur
[adanya tumbuh tanaman dengan subur
Tak kau dengarkan kicau burung yang menghibur?
Mengundang riang dan rasa syukur
Di sini di Indonesiaku
Warnaku putih
Seputih kawanan awan yang putih
Membawa berkah hujan yang jernih
Tak kau dengarkan rintiknya yang lirih?
Membisikkan kabar gembira bagi tanah yang memulih
Di sini di Indonesiaku
Aku adalah jingga
Elok menemani waktu senja
Menggelayut memias matahari menjelang akhir kala
Tak kau dengarkah suara kanak-kanak jenaka?
Bermain dengan riang dan gembira
Di sini di Indonesiaku
Indonesiaku tak sekedar tujuh warna
Tak terwakili oleh tujuh benda
Apalagi sekedar tujuh suara
Indonesiaku terlalu, luar biasa.
Ujian Standar Demokrasi Dunia (Barat)
Wednesday, 9 February 2011
Transisi Mesir, Peluang Kepemimpinan Diplomasi Indonesia
Transisi Mesir, Peluang Kepemimpinan Diplomasi Indonesia
Oleh Umar Badarsyah,S.H.
Peserta Sekolah Kedinasan Luar Negeri Angkatan 36
Kementerian Luar Negeri
Tulisan ini mewakili opini pribadi dan tidak terkait dengan kebijakan diplomasi Indonesia
Mesir kini berada di ambang transisi demokrasi. Berkaca pada pengalaman Indonesia di tahun 1998, upaya mempertahankan kekuasaan dari suara rakyat, terlebih dengan pendekatan represif hanya akan melahirkan lingkaran kekerasan yang menjurus pada pelanggaran HAM, dan dalam jangka panjang justru akan membawa kemunduran bagi Mesir sebagai sebuah bangsa.
Apalagi kini suara mengenai pentingnya transisi demokrasi tidak saja datang dari dalam negeri tetapi juga dunia internasional. Presiden Barack Obama menyerukan transisi demokrasi yang tertib di Mesir dan permintaan kepada Mubarak untuk mundur. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Perdana Menteri Inggris David Cameron, ia menyatakan sikap negaranya jelas, yaitu berada di belakang masyarakat yang menginginkan kebebasan, demokrasi dan pemenuhan hak-hak asasi warga negara. Sekjen PBB Ban Kii Moon, dalam kunjungan resmi ke Jerman awal Februari ini, dengan tegas mendesak otoritas mesir untuk mendengar suara rakyat dan segera memulai perubahan.
Langkah paling bijak bagi Husni Mubarak adalah mengembalikan kedaulatan dan menyerahkan proses transisi demokrasi kepada rakyat Mesir. Jika langkah ini yang diambil, maka pengawasan dunia internasional terhadap proses demokratisasi yang akan berlangsung penting untuk dilakukan. Pengawasan penting demi memastikan proses itu berjalan dengan jujur, adil, dan damai.
Pada poin inilah Indonesia memiliki peluang untuk mengambil peran kepemimpinan diplomasinya.
Ada tiga alasan mengapa Indonesia bisa mengambil peran tersebut. Pertama, keberhasilan transformasi demokrasi Indonesia pada Reformasi 1998. Kedua , hubungan persahabatan Mesir-Indonesia yang sangat erat. Ketiga, Antipati terhadap intervensi barat terutama Amerika Serikat dan Israel.
Reformasi 1998
Indonesia dinilai sukses melakukan proses transformasi dari negara dalam kendali otoritarianisme menjadi negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.
Kesuksesan pertama Indonesia ada pada penyelenggaraan Pemilihan Umum 1999 yang demokratis, dengan partisipasi politik tinggi, jumlah pemilih signifikan dan penyelenggaraan yang aman. Meski menyisakan sejumlah permasalahan, tetapi secara prinsip, Pemilu 1999 dinilai sebagai fondasi keberhasilan transformasi Indonesia. Pemilu 1999 mendapat apresiasi lembaga pengawas internasional seperti International IDEA dan The Carter Institute.
Langkah signifikan selanjutnya adalah penguatan demokrasi melalui empat kali amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Proses amandemen meletakkan dasar penguatan perlindungan dan institusionalisasi HAM, restrukturisasi ketetanegaraan dan tata pemerintahan, dan desentralisasi pemerintahan atau otonomi daerah.
Pengalaman ini bisa menjadi model pembelajaran berharga bagi Mesir. Mesir dapat mengambil manfaat tidak hanya dari keberhasilan tetapi juga kesalahan yang kita lalui.
Persahabatan Indonesia Mesir
Indonesia dan Mesir memiliki persahabatan yang erat layaknya saudara kandung. Mesir memiliki peran penting dalam kelahiran Indonesia. Rakyat Mesir terlibat aktif dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga pada puncaknya menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pada 10 Juni 1947 Mesir dan Indonesia menandatangani perjanjian hubungan diplomatik kedua negara, Menteri Muda Luar Negeri H Agus Salim, dan Perdana Menteri Mahmud Fahmi Nokrasyi merupakan tokoh yang menandatangani perjanjian itu.
Persahabatan kedua negara dikuatkan dengan persahabatan kedua pemimpin negara, yakni Soekarno dan Jamal Abul Naser. Keduanya merupakan sahabat karib yang saling berkerja sama dalam mengusung gerakan antikolonialisme . Bung Karno dan Naser merupakan tokoh sentral yang membidani Konferensi Asia Afrika dan kemudian Gerakan Non-Blok.
Hingga kini persahabatan itu diperkuat dengan kerja sama ekonomi dan sosial budaya khususnya pendidikan. Terdapat banyak pelajar/mahasiswa Indonesia yang mengenyam pendidikan di Mesir terutama di Al-Azhar, hingga kini tercatat 6.149 WNI di mana 4.297 di antaranya pelajar dan mahasiswa.
Sentimen Terhadap Barat
Rakyat Mesir sadar nilai strategis negaranya bagi geopolitik dunia, terutama posisinya dalam upaya penyelesaian sengketa damai Israel-Palestina.
Salah satu ekspresi yang kemudian mengemuka di kalangan demonstran adalah sentimen kepada Husni Mubarak, yang dituding sebagai antek Barat, Amerika Serikat dan Israel. Masyarakat Mesir yang memiliki ikatan emosional erat dengan saudaranya di Palestina sudah terlampau lama dikecewakan dengan kebijakan pemerintahnya yang dianggap Pro-Israel. Mereka juga menyadari besarnya dukungan AS-IsRael selama ini terhadap rezim Mubarak.
Meski di satu sisi menyadari pentingnya peranan AS dalam memberikan tekanan terhadap Mubarak untuk mundur, masyarakat Mesir juga tidak ingin proses demokratisasi yang akan mereka jalani dikooptasi oleh kepentingan AS-Israel. Mereka juga melihat negara-negara Barat selama ini Pro-Israel dan Pro-rezim. Oleh karena itu, peran pengawasan terhadap proses demokratisasi di Mesir akan sulit dan berpotensi menghambat jika dimainkan oleh negara-negara Barat.
Indonesia sesama negara mayoritas Muslim yang besar dan sahabat Mesir akan lebih mudah memainkan peranan itu. Terlebih Indonesia dikenal mampu mengkontekstualisasikan nilai-nilai demokrasi yang sejalan dengan nilai-nilai Islam yang hidup dalam masyarakatnya
Pengalaman dan pendekatan Indonesia dalam mempromosikan demokrasi melalui Bali Democracy Forum membuktikan hal ini. Dalam Bali Democracy Forum Indonesia tidak sama sekali mencoba mengajari bagaimana berdemokrasi tetapi saling bertukar pikiran bagaimana demokrasi bisa berjalan di negara kita masing-masing. Demokrasi tidak hanya sesuatu yang terjadi dengan Barat dan konsep Barat, tetapi ia bisa dilakukan dalam konteks masing-masing, sebagaimana pengalaman Indonesia.
Sudah Memulai
Berbekal tiga hal di atas, yakni keberhasilan demokratisasi, persahabatan Indonesia Mesir, dan melihat peluang sentimen terhadap Barat, Indonesia berpotensi memainkan peran kepemimpinan diplomasinya dalam mengawal proses transformasi demokrasi di Mesir
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono nampaknya sadar betul akan potensi strategis Indonesia itu. Melalui utusan khusus Presiden yang juga mantan Menteri Luar Negeri dan mantan Duta Besar Indonesia di Mesir Hassan Wirajuda, Presiden menyampaikan Surat yang berisi keinginan Indonesia untuk berbagi pengalaman Indonesia pada transisi demokrasi 12 tahun lalu.
Jika tawaran itu disambut oleh Mubarak, maka Indonesia bisa berperan besar dalam demokratisasi di Mesir, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi proses perdamaian kawasan.